Hari Guru Nasional dan Perjuangan Guru MI Hidayatullah, Terkendala Akses Jaringan Jalan dan Internet

    Hari Guru Nasional dan Perjuangan Guru MI Hidayatullah, Terkendala Akses Jaringan Jalan dan Internet
    Hari Guru Nasional dan Perjuangan Guru MI Hidayatullah, Terkendala Akses Jaringan Jalan dan Internet

    MAROS - Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatullah berada Dusun Tanete Bulu Desa Bonto Manurung, Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros. Sejak awal mula berdirinya pada tahun 1992 hingga kini masih terkendala jaringan : akses jalan dan internet.

    Pada momen peringatan Hari Guru Nasional ke-76 tahun 2021 ini, penyelenggaraan pendidikan oleh para guru di MI Hidayatullah dilaksanakan dengan penuh perjuangan. Terutama bagi seorang guru. Hal ini berdasarkan penuturan Kepala Madrasah Andi Ansar. Menurutnya, lokasi madrasah berada di puncak gunung dengan jarak tempuh sekitar 60 km dari Kota Maros. Lokasinya berada di perbatasan Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros dan Malino Kabupaten Gowa. Untuk sampai ke lokasi dengan modal khusus : mobil dan motor khusus untuk sampai ke lokasi.

    “Akses jalan ke madrasah sudah ada yang beton meskipun hanya sampai di sungai Desa Bonto Manurung. Seberang sungai untuk sampai ke madrasah naik motor. Itupun motor khusus. Tapi kalau lagi musim hujan, motor susah lewat dan lebih baik kalau jalan kaki. Jaraknya tempuh 7 km jalan kaki. Kalau lama waktu jalan kaki dari sungai ke lokasi madrasah sekitar 2 jam. Rutenya lewati kebun dan hutan”, ungkapnya Kamis (25/11/2021).

    Untuk menyiasati itu, Andi Ansar biasa tinggal di sekitar madrasah selama seminggu, di rumah guru yang terbuat dari kayu. “Kalau tidak ada kegiatan di kabupaten, kita bermalam di sana 1 minggu. Kenapa 1 minggu karena takut kehilangan informasi”, lanjutnya.  

    “Persiapan untuk tinggal, bawa sembako kebutuhan satu minggu, bawa buku paket, ATK untuk siswa. Karena biasa habis pulpen siswa atau terkadang buku tulis siswa sudah penuh, maka dikasih lagi. Itu untuk persiapan proses pembelajaran. Karena akses siswa yang susah untuk alat tulis dan sarana pembelajaran, saya menyiapkan sedapat mungkin”.

    “Perkampungan Dusun Tanete di sana. Ada 60 KK dengan penduduk berprofesi sebagai petani dengan panen setahun sekali. Penghasilan orangtua siswa dari pengolahan gula aren. Jadi di sana sekolahnya gratis. Untuk ijazah dan sebagainya gratis”.

    “Mulai sekitar tahun 2014/2015 sudah ada Dana Bos, jadi agak terbantu. Alokasinya : 50 persen untuk Sapras dan rehab ringan madrasah, sedangkan 50 persen lagi untuk honor para guru yang tidak seberapa”.

    “Untuk peserta didik MI Hidayatullah berjumlah  70 siswa. Ini untuk semua kelas, kelas 1 sampai kelas 6. Untuk pengajar ada 13 guru”.

    “Guru berasal dari daerah setempat, karena pernah saya rekrut guru dari kecamatan lain, paling hanya bertahan kurang setahun. Ini memang karena akses yang susah untuk sampai ke lokasi pengajaran”.

    Menyiasati akses jaringan jalan yang sulit, Andi Ansar juga menyelenggarakan pendidikan di  kolong-kolong rumah dan bangunan semi permanen sebagai tempat pembelajaran.

    Namun, terkait pandemi Covid-19 yang menyaratkan pembelajaran Daring, Andi Ansar menyampaikan bahwa akses internet di lokasi sangat susah. Terkait itu, pihaknya berharap ada perbaikan jaringan : internet dan akses untuk meringankan aktivitas pembelajaran.

    Reporter : Ulya Sunani    (***)

    Jamaluddin, M.M.

    Jamaluddin, M.M.

    Artikel Sebelumnya

    Bersama Forkopimda, Kankemenag Maros Hadiri...

    Artikel Berikutnya

    KP-SPAMS APPAKABAJI Desa Salenrang Wakili...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Kapolri Beri Kenaikan Pangkat Anumerta ke Almarhum AKP Ulil Ryanto
    Kapolri Sebut Pengamanan Nataru Akan Dilakukan 141.443 Personel
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan

    Ikuti Kami